Higroskopi

Higroskopi adalah kemampuan suatu zat untuk menyerap molekul air dari lingkungannya baik melalui absorbsi atau adsorpsi. Suatu zat disebut higroskopis jika zat itu mempunyai kemampuan menyerap molekul air yang baik. Contoh zat-zat higroskopis adalah madu, gliserin, etanol, metanol, asam sulfat pekat, dan natrium hidroksida (soda kaustik) pekat.[1] Kalsium klorida merupakan zat yang sangat higroskopis, sehingga kalsium klorida akan larut dalam molekul-molekul air yang diserapnya. Fenomena tersebut disebut juga deliquescence (Bahasa Inggris). Karena bahan-bahan higroskopis memiliki afinitas yang kuat terhadap kelembapan udara, biasanya mereka disimpan di wadah tertutup. Beberapa zat higroskopis juga ditambahkan pada makanan atau bahan-bahan tertentu untuk menjaga kelembapannya. Zat-zat ini disebut humektan.[2]

Setiap bahan memiliki sifat higroskopi yang berbeda-beda. Contoh yang umum adalah pada sampul buku. Seringkali pada tempat yang lembap, sampul sebuah buku melengkung keluar. Hal ini disebabkan bagian dalam sampul lebih menyerap kelembapan (lebih higroskopis), daripada bagian luar, bagian luar menjadi lebih luas, menyebabkan tegangan yang membengkokkan sampul tersebut keluar. Fenomena ini mirip dengan fenomena bimetal. Pengaruh kelembapan udara terhadap kondisi suatu bahan dapat diekspresikan dalam koefisien ekspansi higroskopis atau koefisien kontraksi higroskopis. Perbedaan kedua koefisien ini terletak pada konvensi tanda positif dan negatif yang digunakan.

Peralatan untuk penentuan higroskopisitas pupuk, Fixed Nitrogen Research Laboratory, sktr. 1930

Etimologi dan pengucapan

Kata higroskopi (/hˈɡrɒskəpi/) merupakan gabungan dari higro- dan -skopi. Tidak seperti kata -skopi lainnya, kata ini tidak lagi mengacu pada mode tampilan atau pencitraan.[3] Kata higroskop mengacu pada tahun 1790-an untuk perangkat pengukur tingkat kelembaban. Higroskop ini mengunakan material, seperti bulu hewan tertentu, yang berubah bentuk dan ukuran ketika menjadi basah.[4] Bahan-bahan tersebut kemudian dikatakan higroskopis karena mereka cocok untuk membuat suatu higroskop. Akhirnya, meskipun, kata higroskop berhenti digunakan untuk instrumen seperti itu pada penggunaan modern, namun kata higroskopis (cenderung mempertahankan kelembaban) tetap lestari, dan dengan demikian juga higroskopi (kemampuan untuk melakukannya). Saat ini instrumen untuk mengukur kelembaban disebut higrometer (higro- + -meter).

Aplikasi dalam pembakaran

Penggunaan sifat higroskopis zat yang berbeda dalam pembakaran (baking) sering digunakan untuk mencapai perbedaan dalam kadar air dan, karenanya, menentukan kerenyahan.[5] Varietas berbeda dari gula digunakan dalam jumlah yang berbeda untuk menghasilkan kue kering yang renyah (biskuit) dibandingkan dengan kue yang lunak dan kenyal. Gula seperti madu, gula merah, dan molase adalah contoh pemanis yang digunakan untuk membuat kue yang lebih basah dan kenyal.[6]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "Hygroscopic compounds". hygroscopiccycle.com (dalam bahasa Inggris). IBERGY. Diakses tanggal 7 April 2017. 
  2. ^ "The use of hygroscopic humectants in managing soil moisture". Soprts Turf (dalam bahasa Inggris). 17 Desember 2013. Diakses tanggal 18 Desember 2013. 
  3. ^ "Definition of -scopy in English". Oxford Dictionaries (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-11-27. Diakses tanggal 22 Januari 2018. 
  4. ^ Chinta S.K., Landage S.M., Yadav Krati (April 2013). "Application of Chicken Feathers in Technical Textiles" (PDF). International Journal of Innovative Research in Science, Engineering and Technology (dalam bahasa Inggris). 2 (4). ISSN 2319-8753. 
  5. ^ Červenka, L., Brožková, I., Vytřasová, J. (2006). "Effects of the principal ingredients of biscuits upon water activity". J. Food Nutr. Res. (dalam bahasa Inggris). 45: 39–43. 
  6. ^ Sloane, T. O'Conor. Facts Worth Knowing Selected Mainly from the Scientific American for Household, Workshop, and Farm Embracing Practical and Useful Information for Every Branch of Industry. Hartford: S. S. Scranton and Co. 1895.

Pranala luar