Hormon tiroid

Hormon tiroid (bahasa Inggris: thyroid hormone, TH) adalah klasifikasi hormon yang mengacu pada turunan senyawa asam amino tirosina yang disintesis oleh kelenjar tiroid dengan menggunakan yodium. Terdapat dua jenis hormon dari klasifikasi ini yaitu tetra-iodotironina dan tri-iodotironina. Kedua jenis hormon ini mempunyai peran yang sangat vital di dalam metabolisme tubuh.

Istilah hormon tiroid juga sering digunakan untuk merujuk pada asupan senyawa organik pada terapi hormonal berupa levotikroksin, atau isoform terkait; meskipun terhadap dua hormon tiroid yang lain yaitu CT,[1] dan PTH

Hormon tiroid merupakan pengendali utama metabolisme dan pertumbuhan dengan, deiodinasi tetra-iodotironina yang memicu respirasi pada kompleks I rantai pernapasan mitokondria,[2] yang menjadi salah satu faktor laju metabolisme basal; dan modulasi transkripsi genetik melalui pencerap tri-iodotironina yang terdapat pada inti sel.[3] Pentingnya peran TH mulai dikenali pada abad ke 19 saat sebuah kasus pembesaran kelenjar tiroid dengan simtoma hipertiroidisme mengakibatkan gagal jantung, exophthalmos dan percepatan laju metabolisme basal. Studi lebih lanjut yang kemudian dilakukan, memberikan pengetahuan bahwa kedua hormon tiroid T4 dan molekulnya yang lebih reaktif, yaitu T3 mempunyai efek pleiotropik. Konversi T4 menjadi T3, pada plasma darah disebut monodeiodinasi, terjadi oleh enzim ID-I yang banyak terdapat pada hati dan ginjal, dan ID-2 yang terdapat pada otak, hipofisis dan jaringan adiposa cokelat.[4] Kedua jenis enzim deiodinase tersebut mengandung senyawa Selenium, dengan glukokortikoid sebagai senyawa promoter.[5]

Ekspresi genetik isoform miosin seperti Na+ ATPase, K+ ATPase, dan Ca2+ ATPase yang terdapat pada retikulum sarkoplasma, juga dikendalikan oleh TH.[6] Kekurangan konsentrasi TH seperti yang ditunjukkan oleh simtoma hipotiroidisme, merupakan akibat yang ditimbulkan dari terhambatnya lintasan oksidatif misalnya reaksi oksidasi asam piruvat, sedangkan konsentrasi TH yang berlebih akan mempercepat laju lintasan glikolisis seperti yang ditengarai pada hipertiroidisme. Konsentrasi TH yang berlebih atau kekurangan dapat menyebabkan hipotonia akibat penumpukan asam laktat yang disebut laktikasidemia.

TH juga memiliki sifat hipokolesterolemik yang menurunkan rasio plasma kolesterol tanpa mempercepat laju lintasan katabolisme kolesterol menjadi asam empedu, serta meningkatkan rasio asam kenodeoksikolat.[7]

Waktu paruh T4 sekitar 5-9 hari sedangkan untuk T3 hanya sekitar 1 hari.[8]

Hormon ini diketahui juga berperan dalam sistem kekebalan komplemen pada peningkatan laju lintasan MBL,[9] peningkatan protein komplemen C3, C4 dan CH50,[10] dan peningkatan protein plasma darah seperti:[11]

dan penurunan kadar protein serupa, antara lain:

Rujukan

  1. ^ (Inggris) "Calcitonin: the other thyroid hormone". Mount Sinai Bone Program, Department of Medicine, Mount Sinai School of Medicine, and Bronx Veteran's Affairs Geriatric Research Education and Clinical Center; Inzerillo AM, Zaidi M, Huang CL. Diakses tanggal 2011-07-07. 
  2. ^ (Inggris) "Deiodination of L-Thyroxine and its Activity on the Oxidation in vitro of Reduced Nicotinamide-Adenine Dinucleotide by Peroxidase plus Hydrogen Peroxide" (PDF). Thyroid Research Unit, Inttuto G. Marani6n, Ctentro de Investigaciones Biol6gicas, Consejo Superior de Investigaciones Cientlflcas; TRINIDAD JOLIN AND GABRIELLA MORREALE DE ESCOBAR. Diakses tanggal 2010-11-27. 
  3. ^ (Inggris) "In Vivo Regulation of Human Skeletal Muscle Gene Expression by Thyroid Hormone". Department of Pediatrics and Genetics, Department of Biochemistry, Howard Hughes Medical Institute, Beckman Center, Stanford University School of Medicine, Department of Statistics, Stanford University, Institut National de la Santé et de la Recherche Médicale Unit 317, Louis Bugnard Institute, Paul Sabatier University, Rangueil Hospital, Investigation Center, Purpan Hospital, Pavillon Riser, Laboratoire et Service de Médecine et Nutrition, EA Université Paris; Karine Clément, Nathalie Viguerie, Maximilian Diehn, Ash Alizadeh, Pierre Barbe, Claire Thalamas, John D. Storey, Patrick O. Brown, Greg S. Barsh, dan Dominique Langin. Diakses tanggal 2010-11-16. 
  4. ^ (Inggris) "Hepatic iodothyronine 5'-deiodinase : The role of selenium" (PDF). Division of Biochemical Sciences, Rowett Research Institute, University Department of Clinical Chemistry; John R. ARTHUR, Fergus NICOL dan Geoffrey J. BECKETT. Diakses tanggal 2010-11-27. 
  5. ^ (Inggris) "Ontogenesis of lodothyronine-5'-Deiodinase" (PDF). Department ofMedicine, Institute of Clinical Endocrinology, Tokyo Women's Medical College; Kanji Sato, Hisoko Mimura, Doo Chol Han, Toshio Tsushima, dan Kazuo Shizume. Diakses tanggal 2010-11-27. 
  6. ^ (Inggris) "Control of muscular bioenergetics by the thyroid hormones". Service de Médecine J, Hôpitaux de Brabois; Kaminsky P, Klein M, Duc M. Diakses tanggal 2010-11-18. 
  7. ^ (Inggris) "Bile acid metabolism in hypothyroid subjects: response to substitution therapy". Angelin B, Einarsson K, Leijd B. Diakses tanggal 2010-11-18. 
  8. ^ (Inggris) "Role of Thyroid Hormones in Human and Laboratory Animal Reproductive Health" (PDF). National Institute of Environmental Health Sciences, Research Triangle Park, et al., Neepa Y. Choksi, Gloria D. Jahnke, et al. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2010-02-15. Diakses tanggal 2010-03-14.  page 488.
  9. ^ (Inggris) "Thyroid hormone increases mannan-binding lectin levels". Medical Department M, Aarhus University Hospital; Riis AL, Hansen TK, Thiel S, et al. Diakses tanggal 2010-03-31. 
  10. ^ (Inggris) "Correlation between serum thyroxine and complements in patients with multiple sclerosis and neuromyelitis optica". Department of Neurology, the Third Affiliated Hospital of Sun Yat-Sen University; Zhang B, Jiang Y, et al. Diakses tanggal 2010-03-31. 
  11. ^ (Inggris) "Plasma protein regulation by thyroid hormone". Department of Biochemistry, Chang-Gung University; Lin KH, Lee HY, et al. Diakses tanggal 2010-03-31. 

Lihat pula

Pranala luar