Mohammad Nazir
Mohammad Nazir | |
---|---|
Panglima Angkatan Laut RI ke-2 | |
Masa jabatan 6 Februari 1946 – 8 Mei 1948 | |
Presiden | Soekarno |
Menteri Perhubungan Laut Indonesia ke-11 | |
Masa jabatan 9 April 1957 – 10 Juli 1959 Menjabat bersama Sukardan | |
Presiden | Soekarno |
Informasi pribadi | |
Lahir | Maninjau, Agam, Hindia Belanda | 10 Juli 1910
Meninggal | 30 Agustus 1982 Jakarta | (umur 72)
Kebangsaan | Indonesia |
Profesi | Tentara |
Karier militer | |
Pihak | Indonesia |
Dinas/cabang | TNI Angkatan Laut |
Masa dinas | 1938 - 1965 |
Pangkat | Laksamana Muda TNI |
Satuan | Korps Pelaut |
Sunting kotak info • L • B |
Laksamana Muda TNI (Purn.) Mohammad Nazir Isa gelar Datuk Basa Nan Balimo (10 Juli 1910 – 30 Agustus 1982) adalah seorang tokoh militer, menteri, dan diplomat Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Laut (1946-1948), Menteri Pelayaran Republik Indonesia (1957-1959), dan juga pernah dipercaya sebagai Duta Besar RI di Swiss dan Vatikan[1] Kini Namanya diabadikan menjadi nama jalan di depan mako Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut V
Kehidupan
Nazir lahir dari pasangan Mohammad Isa Sutan Bandaro dan Siti Chadijah. Ia anak ketiga dari tujuh bersaudara. Sejak umur 6 tahun Nazir diasuh oleh pamannya, Adam Datuak Basa Nan Balimo yang menjabat sebagai School Opzienner di Tanjung Pura, Langkat. Sesuai dengan jabatan pamannya, M. Nazir diperbolehkan untuk masuk Europeesche Lagere School di Medan. Setelah itu ia dibawa oleh pamannya yang lain, Abdul Samad yang bekerja sebagai Hoof Opzichter di Jakarta, dan masuk sekolah dasar De Tweede Bijbel School, kemudian ia melanjutkan sekolah ke Chrijstelike MULO.
Nazir bekerja sebagai pelaut di Belanda atas rekomendasi Ny. Poijt van Druten, yang juga merupakan gurunya di MULO. Setelah lama bekerja di dunia pelayaran, Nazir melanjutkan pendidikannya di sekolah pelayaran Michel Adrianzoon de Ruyter Belanda, dan mendapatkan ijazah De Grotevaart (Ijazah Pelayaran Samudera) pada tahun 1938. Ia merupakan orang Indonesia pertama yang mendapatkan ijazah setingkat itu.[2] Tahun 1938 ia pulang ke Indonesia dan bekerja di perusahaan pelayaran Doggerbank. Setelah Jepang masuk Indonesia, ia bergabung dengan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang. Pada tahun 1943, ia diangkat sebagai kepala Sekolah Pelayaran Tinggi (SPT) Semarang yang kini menjadi Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang.
Setelah kemerdekaan Indonesia, ia menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Laut dengan jabatan Kepala Staf Umum TRI Laut sejak tanggal 6 Februari 1946 dan jabatan berganti nama menjadi Panglima Angkatan Laut RI sejak tanggal 19 Juli 1946 sampai dengan 8 Mei 1948 dan Menteri Pelayaran pada Kabinet Djuanda. Ia juga ikut menandatangani Petisi 50 yang mengkritisi pemerintahan totaliter Soeharto.
Penghargaan
Atas jasa-jasanya, ia memperoleh tanda jasa antara lain:
- Bintang Gerilya,
- Bintang Sewindu APRI
- Bintang Jalasena.
- Satyalancana Perang Kemerdekaan I
- Satyalancana Perang Kemerdekaan II
- Satyalencana Kesetiaan VIII
- Satyalencana Kesetiaan XVI
Meninggal Dunia
Ia wafat di Jakarta pada tanggal 30 Agustus 1982 dalam usia 72 tahun dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan.[3]
Rujukan
- ^ "Mohammad Nazir: Menjadi berita". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-28. Diakses tanggal 2011-02-20.
- ^ Lombard, Denys (1996). Nusa Jawa: Jaringan Asia. Gramedia Pustaka Utama. ISBN 978-979-605-453-4.
- ^ Umar, Rika (1985). Laksamana Mochamad Nazir : Karya dan Pengabdiannya. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Pranala luar
- (Indonesia) Profil M. Nazir Diarsipkan 2019-04-06 di Wayback Machine.
Jabatan militer | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Mas Pardi |
Kepala Staf TNI Angkatan Laut 6 Februari 1946 – 8 Mei 1948 |
Diteruskan oleh: R. Soebijakto |
Jabatan diplomatik | ||
Didahului oleh: Achmad Soebardjo |
Duta Besar Indonesia untuk Swiss 1961–1965 |
Diteruskan oleh: Zairin Zain |
Didahului oleh: Bambang Soegeng |
Duta Besar Indonesia untuk Takhta Suci 1963–1967 |
Diteruskan oleh: Husein Mutahar |