Pengeboman pesawat Kashmir Princess 1955

Kashmir Princess
Jenis pesawat yang dijalankan persis seperti peristiwa nahas yang menimpa pesawat tersebut
Ringkasan pengeboman
Tanggal11 April 1955
RingkasanPengeboman
LokasiIndonesia Kepulauan Natuna, Indonesia
Penumpang11
Awak8
Cedera3
Tewas16
Selamat3
Jenis pesawatLockheed L-749A Constellation
Nama pesawatKashmir Princess
OperatorAir India
RegistrasiVT-DEP
AsalIndia Bandar Udara Santa Cruz, Bombay, India
PerhentianHong Kong Bandar Udara Kai Tak, Hong Kong
TujuanIndonesia Bandar Udara Kemayoran, Jakarta, Indonesia

Pesawat terbang Kashmir Princess ini berjenis Lockheed L-749A Constellation yang dimiliki dalam keadaan disewakan untuk keperluan pribadi oleh salah satu maskapai penerbangan asal India, yaitu Air India. Saat tengah perjalanan menuju kota Jakarta dari kota Bombay, India dan Hong Kong pada tanggal 11 April 1955, pesawat tersebut kandas ketika melangit akibat bom yang meledak sehingga menukik ke arah Laut Tiongkok Selatan.[1] Enam belas orang yang ada di pesawat tewas, sedangkan tiga orang lagi dinyatakan terselamatkan.[2] Kejadian nahas tersebut dilatarbelakangi rencana pihak-pihak terentu dalam menetapkan sasaran terhadap Zhou Enlai yang saat itu menjabat sebagai Perdana Menteri Tiongkok untuk menghilangkan nyawanya.[3]

Terjadinya peledakan di pesawat

Pesawat terbang tersebut bertolak dari Hong Kong pada jam 04:25 menurut Waktu Greenwich dengan mengangkut penumpang dari perutusan Tiongkok dan Eropa Timur yang bertujuan ke kota Jakarta untuk menghadiri Permusyawaratan Asia-Afrika, rata-rata di antaranya beriwayat kerja sebagai juru warta.[2] Pada sekitar jam 09:25 menurut Waktu Greenwich, para awak pesawat mendengar adanya peledakan; kepulan asap pun lekas merambat dari letupan api di sayap kanan pesawat menuju ruangan tertutup penumpang pesawat. Sewaktu mendengar ledakan tersebut dan melihat lampu peringatan kebakaran untuk ruangan bagasi secara terpisah terus menyala, orang yang mengepalai penerbangan pesawat tersebut mematikan salah satu di antara mesin bertenaga penggerak (engine) pesawat dan baling-baling pesawat diayunkan lantaran dikhawatirkan mesin bertenaga penggerak pesawat akan terbakar. Atas keputusan tersebut, tinggallah tiga mesin bertenaga penggerak di pesawat tersebut yang kerja mesinnya masih berjalan. Para awak pesawat tersebut mengeluarkan tanda yang mengisyaratkan hal-hal marabahaya ke mana-mana sampai tiga kali agar tempat keberadaan mereka yang berhampiran dengan kepulauan Natuna dapat terlacak sampai akhirnya radio pesawat mereka tidak bisa hidup lagi.[1]

Penanggung jawab untuk mengepalai penerbangan tersebut mencoba mendaratkan pesawat di atas laut, tetapi tekanan udara di dalam ruangan tertutup penumpang pesawat semakin menurun dan pola lintasan pesawat telah kehilangan arah yang tepat sehingga tidak boleh jadi apabila pesawat harus didaratkan di laut. Sebagai tambahan, kepulan asap merembes ke dalam ruang kemudi pesawat. Dengan tiada pilihan apa pun, para awak pesawat mengenakan baju pelampung dan membuka pintu darurat demi menjamin diri mereka untuk lekas menyelamatkan diri di tengah-tengah pesawat yang terus menukik ke laut di bawahnya.

Dentaman pesawat

Sayap kanan pesawat tersebut menerjang perairan terlebih dahulu sehingga pesawat pun berpuing-puing menjadi tiga bagian. Seorang tenaga ahli yang bertugas merawat pesawat terbang, seorang tenaga ahli yang bertugas menentukan haluan pesawat dan pembantu pengemudi pesawat terbang sanggup menyelamatkan diri dan kemudian ditemukan oleh Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai Indonesia. Bagaimanapun, hal demikian mengakibatkan sebanyak 16 orang penumpang dan beberapa awak pesawat terkubur dalam kawasan perairan.[4]

Para penyidik sama sekali tidak memungkiri penyebab terjadinya ledakan tersebut diakibatkan seperangkat alat peledak dilengkapi pengatur waktu yang ditempatkan oleh sebuah jawatan rahasia asal Tiongkok ke dalam pesawat terbang itu, yaitu Partai Kebangsaan Tiongkok (atau disebut Kuomintang) yang tengah berupaya menghabisi nyawa Perdana Menteri Tiongkok, Zhou Enlai, dari jadwalnya yang ditetapkan akan bertujuan ke Indonesia untuk menghadiri acara permusyawaratan tersebut. Namun, rencananya untuk bepergian ke Indonesia diubahnya pada menit-menit penghabisan.[2]

Referensi

  1. ^ a b "Accident description" [Uraian tentang kecelakaan pesawat Kashmir Princess]. Aviation Safety. Diakses tanggal 18 Juni 2009. 
  2. ^ a b c "China spills Zhou Enlai secret" [Tiongkok Membocorkan Rahasia Tentang Zhou Enlai]. China Daily. 21 Juli 2004. Diakses tanggal 18 Juni 2009. 
  3. ^ "Déjà vu from 30,000 ft" [Menjalani Kehidupan Di Atas Ketinggian 30.000 Kaki.]. Times of India. 4-1-2015. 
  4. ^ Mendis, Sean (26 July 2004). "Air India : The story of the aircraft". Airwhiners.net. Diakses tanggal 13 June 2013.