Risalah cuaca

Awan Cumulus humilis sering dirisalahkan sebagai penanda cuaca kering.

Risalah cuaca adalah kumpulan cerita rakyat atau pengetahuan lisan turun-temurun tentang ramalan cuaca dengan berbagai pemaknaan atau pertanda. Berbagai risalah atau ramalan cuaca kuno seperti ini telah banyak ditemui dalam beberapa kebudayaan di seluruh dunia. Risalah cuaca biasanya juga bercampur dengan ilmu semu atau mitos yang bertentangan dengan ramalan cuaca modern.

Sama seperti cerita rakyat biasa, risalah cuaca diturunkan melalui ucapan dan tulisan secara turun-temurun, seringkali tanpa metode atau alat tertentu. Asal-usul risalah cuaca dapat ditelusuri kembali hingga zaman manusia purba melalui penggunaan bintang yang mereka pelajari dalam navigasi.[1] Namun, baru-baru ini selama akhir Abad Pertengahan, karya dua filsuf-penyair Yunani, Theophrastus dari Eresus di Lesbos dan Aratus dari Makedonia, dikenal atas pengaruhnya terhadap ramalan cuaca hingga beberapa abad kemudian. Theophrastus dan Aratus menyusun karya mereka dalam dua kumpulan risalah cuaca bertajuk: Tentang Tanda-tanda Cuaca dan Tentang Angin. Risalah ini digunakan untuk membantu petani dalam panen, pedagang untuk berdagang dengan meramalkan cuaca pada hari esok.[2]

Risalah cuaca terkait erat dengan astrologi, dalam beberapa kebudayaan setiap planet kerap dikaitkan dengan keadaan cuaca tertentu. Misalnya, Mars berwarna merah dan karenanya panas dan kering. Di masa Romawi kuno, para ahli astrologi menggunakan pengetahuan cuaca untuk mengajari rakyat jelata tentang formasi bintang dan awan dan bagaimana mereka dapat digunakan untuk memprediksi masa depan.[2] Dari sini, tiga aliran utama pemikiran risalah cuaca berkembang selama akhir Abad Pertengahan ketika Astrologi menjadi lebih populer di seluruh Eropa.[3] Salah satu risalah yang berhubungan dengan angin dan awan memiliki beberapa dasar ilmiah. Jenis risalah kedua yang berhubungan dengan hari-hari santo memiliki validitas yang meragukan, tetapi tetap cukup populer selama Abad Pertengahan. Jenis risalah ketiga berkaitan perilaku burung dan hewan, yang sebenarnya lebih dikendalikan oleh cuaca masa lalu dan sekarang alih-alih menjadi indikasi atau prediksi cuaca di masa depan.[1]

Referensi

  1. ^ a b Hazen, H. A. (July 1900). "The Origin and Value of Weather Lore". The Journal of American Folklore. 13 (50): 191–198. doi:10.2307/533883. JSTOR 533883. 
  2. ^ a b Encyclopedia of climate and weather. Schneider, Stephen Henry., Root, Terry Louise., Mastrandrea, Michael D. (edisi ke-2nd). New York: Oxford University Press. 2011. ISBN 978-0-19-531386-4. OCLC 714802771. 
  3. ^ F.R.S, D. Brunt SC D. (1946-06-01). "Meteorology and Weather Lore". Folklore. 57 (2): 66–74. doi:10.1080/0015587X.1946.9717813. ISSN 0015-587X. 

Bacaan lanjutan

Pranala luar