Sanca

Sanca
Pythonidae Edit nilai pada Wikidata
Taksonomi
SuperkerajaanHolozoa
KerajaanAnimalia
FilumChordata
KelasReptilia
OrdoSquamata
UpaordoSerpentes
InfraordoAlethinophidia
FamiliPythonidae Edit nilai pada Wikidata
Fitzinger, 1826

Sanca, Sawa atau Piton adalah sebutan umum untuk semua jenis ular pembelit yang diklasifikasikan sebagai familia Pythonidae. Sanca tersebar luas di daerah beriklim panas dan tropis Afrika, Asia, dan Australia. Salah satu spesies sanca, yaitu sanca kembang (Malayopython reticulatus) merupakan ular terpanjang di dunia.

Penyebaran dan habitat

Sanca tersebar luas di Afrika Sub-Sahara, Nepal, India, Sri Lanka, Myanmar, Tiongkok selatan, Asia Tenggara, serta dari Filipina ke selatan hingga Indonesia, Papua Nugini, dan Australia.[1]

Di Amerika Serikat, terdapat populasi terintroduksi dari sanca bodo (Python bivittatus) yang menjadi spesies invasif semenjak akhir tahun 1990-an.[2]

Perilaku

Sanca kembang (Malayopython reticulatus)

Sebagian besar spesies sanca adalah predator penyergap, yang mana biasanya tidak bergerak dalam posisi menyamarkan diri (kamuflase), dan kemudian menyerang mangsa yang lewat secara tiba-tiba. Serangan sanca pada manusia, meskipun diketahui pernah terjadi, sangat jarang. Namun dapat terjadi jika sanca tersebut merasa terancam.[3][4]

Makanan

Sanca menggunakan giginya yang tajam, melengkung ke belakang, empat baris di rahang atas, dua di bawah, untuk menangkap mangsa yang kemudian dibunuh dengan lilitan (constriction); setelah seekor binatang ditangkap untuk ditahannya, sanca dengan cepat membalutkan sejumlah lilitan di sekelilingnya. Kematian terjadi terutama karena berhentinya detak jantung. Namun tujuan yang sebenarnya dari lilitan tersebut adalah untuk menekan saluran darah yang menuju ke otak, agar darah yang menuju ke otak terhenti dan mangsa menjadi lemas.[5][6]

Spesimen yang lebih besar biasanya memakan hewan seukuran kucing rumah, tetapi diketahui menyukai mangsa yang lebih besar; beberapa spesies sanca besar Asia diketahui mampu menjatuhkan rusa dewasa, dan sanca batu Afrika, diketahui mampu memakan kijang atau antelop. Pada tahun 2017, diketahui sebuah kasus manusia dimangsa oleh sanca di Sulawesi, Indonesia.[7] Semua mangsa ditelan secara utuh, dan mungkin butuh beberapa hari atau bahkan berminggu-minggu untuk dicerna sepenuhnya dan sanca tersebut langsung mati secara tiba-tiba.

Reproduksi

Sanca adalah ular ovipar, atau dengan kata lain, berkembangbiak dengan bertelur. Hal ini membedakannya dari familia Boidae (ular boa), yang sebagian besar berkembangbiak dengan "seperti melahirkan" (ovovivipar), karena yang sebenarnya terjadi telur dibiarkan didalam perut sampai menetas, dan setelah menetas barulah anak ular keluar dari bagian kloaka, hal ini yang menyebabkan ular boa berkembang biak seperti melahirkan (ovovivipar). Setelah bertelur, ular betina biasanya mengeraminya sampai menetas. Hal tersebut dicapai dengan menyebabkan otot-otot "menggigil", yang meningkatkan suhu tubuh hingga tingkat tertentu, dan demikian juga pada telur. Menjaga telur pada suhu yang konstan sangat penting untuk perkembangan embrio yang sehat. Selama masa inkubasi, ular betina tidak makan dan hanya meninggalkan telur-telurnya untuk berjemur demi meningkatkan suhu tubuhnya.

Sebagai peliharaan

Sebagian besar spesies sanca merupakan hewan peliharaan eksotik. Akan tetapi, perlu kewaspadaan dalam memelihara spesies berukuran besar, karena ular tersebut bisa menjadi berbahaya. kasus-kasus langka di mana spesimen besar membunuh pemiliknya pernah didokumentasikan.[8][9]

Penggunaan nama

Nama ular ini dipakai ke dalam nama Kereta api Sancaka dan Kereta api Sancaka Utara.

Klasifikasi

  • Antaresia Wells & Wellington, 1984
  • Aspidites Peters, 1877
  • Bothrochilus Fitzinger, 1843
  • Liasis Gray, 1842 - Sanca air
  • Malayopython Reynolds, 2014 - Sanca Melayu
  • Morelia Gray, 1842
  • Python Daudin, 1803 - Sanca sejati
  • Simalia Gray, 1849

Referensi

  1. ^ McDiarmid, Roy W.; Campbell, Jonathan A.; Touré, T'Shaka A. (1999). Snake Species of the World: A Taxonomic and Geographic Reference. Volume 1. Herpetologists' League. ISBN 978-1-893777-01-9. 
  2. ^ "Huge, Freed Pet Pythons Invade Florida Everglades". National Geographic News. Diakses tanggal 16 September 2007. 
  3. ^ Wang AB (29 March 2017). "An Indonesian man disappeared. Villagers found his body inside a 23-foot-long python". Washington Post. Diakses tanggal 17 June 2018. 
  4. ^ Selk A (16 June 2018). "A woman went to check her corn — and was swallowed by a python". Washington Post (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 17 June 2018. 
  5. ^ Hardy DL (1994). "A re-evaluation of suffocation as the cause of death during constriction by snakes". Herpetological Review. 25 (22): 45–47. 
  6. ^ Boback SM, McCann KJ, Wood KA, McNeal PM, Blankenship EL, Zwemer CF (July 2015). "Snake constriction rapidly induces circulatory arrest in rats". The Journal of Experimental Biology. 218 (Pt 14): 2279–88. doi:10.1242/jeb.121384alt=Dapat diakses gratis. PMID 26202779. 
  7. ^ France-Presse Agence (29 March 2017). "Giant python swallows Indonesian farmer whole". The Guardian – via www.theguardian.com. 
  8. ^ "The Keeping of Large Pythons". Anapsid. Diakses tanggal 16 September 2007. 
  9. ^ "Large Constrictor Snake Attacks" (PDF). The Humane Society of The United States. July 2012. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2015-09-22. Diakses tanggal 2020-05-22. 

Pranala luar