Unta

Unta
Camelus bactrianus
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Camelus

Linnaeus, 1758
Spesies

Camelus bactrianus
Camelus dromedarius
Camelus ferus
Camelus divaliarus

Unta adalah dua spesies hewan berkuku genap dari genus Camelus (satu berpunuk tunggal - Camelus dromedarius, satu lagi berpunuk ganda - Camelus bactrianus) [1]yang hidup ditemukan di wilayah kering dan gurun di Asia dan Afrika Utara. Rata-rata umur harapan hidup unta adalah antara 30 sampai 50 tahun.

Domestikasi unta oleh manusia telah dimulai sejak kurang lebih 5.000 tahun yang lalu. Pemanfaatan unta antara lain untuk diambil susu (yang memiliki nilai nutrisi lebih tinggi daripada susu sapi) serta dagingnya, dan juga digunakan sebagai hewan pekerja.

Taksonomi

Spesies yang masih ada

Terdapat 3 spesies unta yang masih ada:[2][3]

Gambar Nama umum Nama ilmiah Persebaran
Unta arab Camelus dromedarius Dijinakkan; Timur Tengah, Gurun Sahara, dan Asia Selatan; diimpor ke Australia sebagai salah satu jenis asing invasif
Unta Baktria Camelus bactrianus Dijinakkan; Asia Tengah, termasuk wilayah Baktria.
Unta Baktria liar Camelus ferus Wilayah terpencil di Mongolia dan Tiongkok bagian barat laut

Kemampuan adaptasi

Seperti yang diketahui, unta hidup di padang pasir yang memiliki range temperatur udara yang mampu membunuh mayoritas makhluk hidup. Selain itu, mereka mampu untuk tidak makan dan minum selama beberapa bulan.

Ada banyak hal yang membuat mereka mampu beradaptasi. Salah satunya adalah punuknya. Banyak orang mengira punuknya menyimpan air, tetapi sebenarnya tidak. Punuk unta menyimpan lemak khusus, yang pada suatu saat bisa diubah menjadi air dengan bantuan oksigen hasil respirasi. Satu gram lemak yang ada pada punuk unta bisa diubah menjadi satu gram air.

Kemampuan adaptasi lainnya yang luar biasa adalah, sistem respirasinya meninggalkan sedikit sekali jejak uap air. Uap air yang keluar dari paru-paru diserap kembali oleh tubuhnya melalui sel khusus yang terdapat di hidung bagian dalam, membentuk kristal dan suatu saat dapat diambil.

Tubuh unta dapat bertahan hingga pada suhu 41 derajat celcius. Lebih dari itu, unta mulai berkeringat. Penguapan dari keringat yang terjadi hanya pada kulitnya, bukan pada rambutnya. Dengan cara pendinginan yang efisien itu, unta mampu menghemat air yang cukup banyak.

Unta mampu bertahan dengan kehilangan massa sekitar 20–25% selama berkeringat. Mayoritas makhluk hidup hanya mampu bertahan hingga kehilangan massa sekitar 3–4% sebelum terjadi gagal jantung akibat mengentalnya darah. Meskipun unta kehilangan banyak cairan tubuh, darahnya tetap terhidrasi, hingga batas 25% tercapai.

Ada banyak hal mengapa darah unta tidak mengental pada kondisi di mana darah mayoritas makhluk hidup sudah mengental. Sel darah merah unta berbentuk oval, bukan bulat seperti makhluk hidup lainnya. Unta juga memiliki sistem imunitas yang cukup unik. Semua mamalia memiliki antibodi berbentuk Y dengan dua rantai panjang sepanjang Y itu dengan dua rantai pendek di setiap ujung dari Y tersebut, tetapi unta hanya memiliki dua rantai panjang yang menjadikannya berbentuk lebih kecil sehingga mengurangi kemungkinan darah akan mengental.

Ginjal dan usus mereka sangat efisien dalam menyaring air. Bentuk urin mereka sangat kental dan kotoran mereka sangat kering sehingga bisa langsung dibakar ketika dikeluarkan.

Persebaran

Unta Arab (C. dromedarius) hidup di kawasan Afrika bagian utara, Timur Tengah, anak benua India, dan Australia. Jumlahnya saat ini sekitar 14 juta ekor. Di Afrika bagian utara, unta arab sangat berperan bagi sebagian negara, seperti Somalia dan Etiopia. Di sana unta dimanfaatkan susunya. Unta dianggap menjadi penyumbang gas rumah kaca dan dianggap menjadi biang kerok terjadinya pemanasan global, namun masih menghasilkan lebih sedikit gas rumah kaca daripada ruminansia seperti sapi, domba, dan kambing.[4]

Unta Baktria liar hidup di kawasan Gurun Gobi di Tiongkok dan Mongolia. Unta Baktria liar telah diklasifikasi sebagai spesies yang terancam kritis.

Lihat pula

Pranala luar

Pratayang referensi

  1. ^ Parker, Sybil, P (1984). Mc-Graw Hill Dictionary of Biology. Mc-Graw Hill Company. 
  2. ^ Burger, P. A.; Ciani, E.; Faye, B. (2019-09-18). "Old World camels in a modern world – a balancing act between conservation and genetic improvement". Animal Genetics (dalam bahasa Inggris). 50 (6): 598–612. doi:10.1111/age.12858. PMC 6899786alt=Dapat diakses gratis. PMID 31532019. 
  3. ^ Chuluunbat, B.; Charruau, P.; Silbermayr, K.; Khorloojav, T.; Burger, P. A. (2014). "Genetic diversity and population structure of Mongolian domestic Bactrian camels (Camelus bactrianus)". Anim Genet (dalam bahasa Inggris). 45 (4): 550–558. doi:10.1111/age.12158. PMC 4171754alt=Dapat diakses gratis. PMID 24749721. 
  4. ^ Kirby, Alex (2014-04-11). "Don't blame camels for global warming, study concludes". the Guardian (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-01-16.