Tokyo Electric Power Company
Nama asli | 東京電力ホールディングス株式会社 |
---|---|
Nama latin | Tōkyō Denryoku Hōrudingusu kabushiki gaisha |
Publik KK | |
Kode emiten | TYO: 9501 |
Industri | Ketenagalistrikan |
Pendahulu | The Tokyo Electric Light Company, Inc. (didirikan tahun 1883) |
Didirikan | Tokyo, Jepang (1 Mei 1951 | )
Kantor pusat | Chiyoda, Tokyo , Jepang |
Wilayah operasi | Tokyo, Kanagawa, Saitama, Chiba, Tochigi, Gunma, Ibaraki, Yamanashi, dan Shizuoka bagian timur |
Tokoh kunci | Yoshimitsu Kobayashi (Chairman) Tomoaki Kobayakawa (Presiden) |
Jasa | Pembangkitan, transmisi, dan distribusi listrik |
Pendapatan | ¥6,803 triliun (2015)[1] |
¥316,5 miliar (2015)[1] | |
¥451,6 miliar (2015)[1] | |
Total aset | ¥14,213 triliun (2015)[1] |
Total ekuitas | ¥2,073 triliun (2015)[1] |
Pemilik |
|
Karyawan | 37.939 (2022) |
Anak usaha |
|
Situs web | www.tepco.co.jp |
Tokyo Electric Power Company Holdings, Inc (Jepang: 東京電力ホールディングス株式会社 , Tōkyō Denryoku Hōrudingusu kabushiki gaisha, TEPCO, atau juga dikenal sebagai Tōden (東電 ) di Jepang) adalah sebuah perusahaan ketenagalistrikan asal Jepang yang melayani wilayah Kantō, Prefektur Yamanashi, dan Prefektur Shizuoka bagian timur. Selain kantor pusat di Uchisaiwaicho, Chiyoda, Tokyo, perusahaan ini juga memiliki kantor perwakilan di Washington, D.C., dan London. Perusahaan ini pun ikut mendirikan sejumlah konsorsium strategis yang terkait dengan inovasi dan riset energi, seperti JINED,[2] INCJ,[3] dan MAI.[4]
Pada tahun 2007, perusahaan ini terpaksa menutup PLTN Kashiwazaki-Kariwa akibat gempa bumi Niigata-Chuetsu-Oki, sehingga perusahaan ini mencatatkan kerugian pertamanya dalam 28 tahun terakhir.[5] Perusahaan ini pun tetap mencatatkan kerugian hingga PLTN tersebut dioperasikan kembali pada tahun 2009.[6] Pasca gempa bumi dan tsunami Tōhoku 2011, salah satu pembangkit listrik milik perusahaan ini menjadi lokasi dari salah satu bencana nuklir terparah di dunia, yakni bencana nuklir Fukushima Daiichi. Perusahaan ini pun terancam merugi hingga ¥2 triliun (US$23.6 miliar),[7] sehingga pemerintah Jepang berencana[butuh klarifikasi] untuk mengambil alih perusahaan ini guna menjamin pemberian kompensasi kepada masyarakat yang terdampak oleh bencana tersebut.[8] Bencana Fukushima membuat 50.000 keluarga harus mengungsi, karena terjadi kebocoran bahan radioaktif ke udara, tanah, dan laut.[9]
Pada bulan Juli 2012, perusahaan ini mendapat dana sebesar ¥1 triliun (US$12 miliar) dari pemerintah Jepang untuk mencegah kolapsnya perusahaan ini, sehingga listrik tetap dapat dipasok ke Tokyo dan sekitarnya, serta PLTN Fukushima Daiichi dapat ditutup.[10] Manajemen perusahaan ini kemudian mengajukan proposal kepada para pemegang sahamnya agar perusahaan ini dapat dinasionalisasi sebagian.[11] Nuclear Damage Compensation and Decommissioning Facilitation Corporation kemudian resmi menjadi pemegang mayoritas saham dari perusahaan ini, untuk mengawasi kerusakan dan penutupan dari PLTN Fukushima Daiichi. Total biaya untuk menangani bencana tersebut diperkirakan mencapai $100 miliar pada bulan Mei 2012.[10]
Sejarah
Sektor ketenagalistrikan di Jepang, yang dinasionalisasi pada tahun 1939 sebagai bagian dari persiapan untuk perang total (Perang Pasifik), resmi diprivatisasi pada tahun 1951 atas perintah dari pasukan pendudukan Amerika Serikat/Sekutu, sehingga kemudian terbentuklah sembilan perusahaan swasta yang masing-masing beroperasi di wilayah tertentu, salah satunya adalah perusahaan ini dengan nama Tokyo Electric Power Co., Inc. (TEPCO).[12][13] Perusahaan ini dibentuk dengan mereorganisasi Kanto Haiden dan Nippon Shuden.
Pada dekade 1950-an, tujuan utama dari perusahaan ini adalah untuk memfasilitasi pemulihan infrastruktur yang hancur akibat Perang Dunia II. Setelah itu, untuk memenuhi permintaan listrik yang berkembang pesat, perusahaan ini meningkatkan kapasitasnya dengan mengembangkan pembangkit listrik berbahan bakar fosil dan mengembangkan jaringan transmisi listrik yang lebih efisien.
Pada dekade 1960-an dan 1970-an, perusahaan ini menghadapi meningkatnya polusi dan meningkatnya harga minyak, sehingga perusahaan ini mulai mengembangkan PLTG dan PLTN. Pada tanggal 26 Maret 1971, perusahaan ini pun mulai mengoperasikan PLTN Fukushima Dai-ichi.
Selama dekade 1980-an dan 1990-an, penggunaan pendingin udara dan komputer membuat permintaan listrik di siang hari jauh lebih tinggi daripada di malam hari, sehingga untuk mengurangi surplus kapasitas pembangkit listrik dan meningkatkan utilisasi pembangkit listrik, perusahaan ini pun mengembangkan PLTA pumped storage dan mempromosikan unit penyimpanan termal.
Baru-baru ini, perusahaan ini diharapkan dapat memainkan peran penting dalam membantu Jepang mencapai target pengurangan emisi karbon dioksida sesuai Protokol Kyoto. Perusahaan ini juga menghadapi tantangan dengan adanya tren deregulasi industri ketenagalistrikan di Jepang serta rendahnya pertumbuhan permintaan listrik. Oleh karena itu, perusahaan ini kemudian meluncurkan kampanye iklan besar-besaran yang diberi judul 'Switch!', untuk mempromosikan penggunaan perangkat listrik di rumah.
Anak usaha besar
Perusahaan ini memiliki sejumlah anak usaha besar, yakni:[14]
- TEPCO Power Grid – Bertanggung jawab mengelola sistem tenaga listrik di sekitar wilayah Kantō.
- TEPCO Energy Partner – Peritel tenaga listrik yang beroperasi dengan merek "TEPCO" di seantero Jepang, kecuali Okinawa.
- TEPCO Fuel & Power – Mengoperasikan pembangkit listrik berbahan bakar fosil, terutama untuk TEPCO Energy Partner.
- Tokyo Electric Generation Company – Membangkitkan listrik untuk pasar tenaga listrik.
- Tokyo Electric Power Services Co. Ltd (TEPSCO) – Menyediakan jasa konsultansi untuk industri ketenagalistrikan.
Gambaran umum
- Modal saham: ¥676.424.197.050
- Jumlah saham beredar: 1.352.876.531
- Jumlah pemegang saham: 821.841
- Penjualan listrik (FY 2004): 92,592 miliar kWh (pencahayaan), 194,148 miliar kWh (listrik), 286,741 miliar kWh (total)
- Beban puncak: 64,3 juta kW (24 Juli 2001)
- Jumlah pelanggan (hingga 31 Maret 2005): 25.120.000 / 83,89 juta kW (pencahayaan), 2.630.000.000 / 39,75 juta kWh (listrik), 27.740.000 / 123,64 juta kW (total)
- Pendapatan dari penjualan listrik: ¥4,637 triliun (FY 2004)
Kompensasi komunitas
Perusahaan ini terancam merugi sebesar 2 triliun yen ($23,6 miliar), karena harus memberikan kompensasi kepada masyarakat yang terdampak di sekitar PLTN Fukushima, menurut JPMorgan.[7]
Pemerintah Jepang pun berencana[per kapan?] untuk mengambil alih perusahaan ini guna menjamin bahwa perusahaan ini dapat memberikan kompensasi kepada masyarakat yang terdampak oleh radiasi dari PLTN Fukushima. Pemerintah Tokyo juga akan menyisihkan beberapa triliun yen yang dapat "digunakan oleh perusahaan ini jika kekurangan dana dalam memberikan kompensasi kepada masyarakat yang terdampak".[8]
Pemotongan gaji
Pegawai dari perusahaan ini setuju dengan proposal dari manajemen untuk memotong gaji mereka sebagai bentuk tanggung jawab atas bencana nuklir Fukushima. Remunerasi tahunan untuk dewan direksi akan dipotong sebesar 50% mulai bulan April 2011, sementara gaji manajer akan dipotong sebesar 25% dan gaji pelaksana akan dipotong sebesar 20% mulai bulan Juli 2011, sedangkan bonus akan dipotong mulai bulan Juni 2011. Perusahaan ini pun berharap dapat menghemat sekitar 54 miliar yen ($659 juta) per tahun dari pemotongan tersebut.[15][16]
Pada bulan Juli 2012, diumumkan bahwa gaji dari manajer akan dipotong setidaknya sebesar 30%, sementara gaji pelaksana tetap dipotong sebesar 20%. Secara rata-rata, gaji pegawai akan dipotong sebesar 23.68%. Selain itu, porsi asuransi kesehatan pegawai yang dibayarkan oleh perusahaan ini akan dikurangi dari 60% menjadi 50%, yang merupakan standar di Jepang.[17]
Kapasitas pembangkit listrik
- PLTA: 160 / 8.521 MW
- PLTD, PLTU, PLTG, dan PLTP: 26 / 36.995 MW
- PLTN: 3 / 17.308 MW
- PLTB: 1 / 1 MW
- Total: 190 / 62.825 MW
Posisi di industri
Perusahaan ini adalah perusahaan ketenagalistrikan terbesar di Jepang dan perusahaan ketenagalistrikan terbesar keempat di dunia, setelah RWE asal Jerman, Électricité de France asal Prancis, dan E.ON asal Jerman. Perusahaan ini pun sangat mempengaruhi ekonomi, lingkungan, dan industri energi di Jepang.
Manajemen dan keuangan
Untuk tahun fiskal yang berakhir pada tahun 2011 dan 2012, perusahaan ini mencatatkan kerugian sebelum pajak, sementara untuk tahun 2013, kerugian perusahaan ini mencapai 377,6 miliar yen.[18]
Pembangkitan listrik
Pembangkitan listrik dari perusahaan ini terdiri dari dua jaringan utama. Pembangkit listrik berbahan bakar fosil di sekitar Teluk Tokyo digunakan untuk memikul beban puncak, sementara PLTN di Fukushima dan Niigata digunakan untuk memikul beban dasar. Selain itu, PLTA di wilayah pegunungan di luar Dataran Kanto, walaupun kapasitasnya relatif kecil, tetap penting untuk memikul beban puncak. Perusahaan ini juga membeli listrik dari perusahaan ketenagalistrikan regional lain, seperti Tohoku Electric Power, J-POWER, dan Japan Atomic Power Company.
Transmisi dan distribusi
Tiap saluran transmisi listrik milik perusahaan ini dirancang untuk mentransmisikan listrik dengan tegangan tinggi (66-500kV) dari pembangkit listrik ke gardu induk. Saluran transmisi listrik umumnya berupa saluran udara, tetapi di kawasan metropolitan Tokyo, saluran transmisi listrik diletakkan di bawah tanah.
Dari gardu induk, listrik didistribusikan dengan tegangan rendah (22-66kV). Untuk memasok listrik ke gedung dan pabrik, saluran distribusi listrik terhubung langsung ke sistem tenaga listrik dari gedung dan pabrik, sehingga gedung dan pabrik tersebut harus memiliki transformator sendiri. Untuk memasok listrik ke rumah dan toko, listrik terlebih dahulu disalurkan ke transformator milik perusahaan ini yang dipasang di sejumlah tiang listrik. Transformator kemudian mengubah tegangan listrik menjadi 100/200V, lalu listrik baru disalurkan ke rumah dan toko.
Dalam kondisi normal, infrastruktur transmisi dan distribusi milik perusahaan ini merupakan salah satu yang paling handal di dunia. Perusahaan ini baru pertama kali melakukan pemadaman bergilir pada bulan Maret 2011,[19] karena PLTN Fukushima, yang berada di dekat episentrum gempa bumi, dihentikan operasinya.[20] Contohnya, pada pagi hari tanggal 15 Maret 2011, sebanyak 700.000 rumah tidak mendapat pasokan listrik selama tiga jam.[21] Pemadaman bergilir tersebut harus dilakukan, karena perusahaan ini mengalami kekurangan pasokan listrik sebanyak 10 juta kW pada tanggal 14 Maret 2011.
Catatan
Referensi
- ^ a b c d e "Annual Report 2015" (PDF). TEPCO.
- ^ "Japanese nuclear exports consortium launches". www.world-nuclear-news.org.
- ^ "Innovation Network Corporation of Japan | Introduction". www.incj.co.jp.
- ^ "MAI consortium members". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-11-28.
- ^ "Tokyo Electric Has First Loss in 28 Years on Shutdown". Bloomberg News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 September 2015.
- ^ "Tokyo Electric stays in red in FY 2008".[pranala nonaktif permanen]
- ^ a b Antoni Slodkowski (April 11, 2011). "TEPCO may face $23.6 billion compensation costs: JP Morgan". Reuters.
- ^ a b "Japan to control TEPCO to handle compensation claims after nuclear disaster". Herald Sun. April 20, 2011.
- ^ Takahiko Hyuga and Tsuyoshi Inajima (June 10, 2011). "Police to Send Riot Squads to TEPCO Meeting". Bloomberg.
- ^ a b McCurry, Justin (9 May 2012). "Fukushima owner saved from collapse by Japanese government". The Guardian. Diakses tanggal 11 July 2012.
- ^ Mitsuru, Obe (27 June 2012). "TEPCO shareholders OK nationalization plan". MarketWatch. Diakses tanggal 11 July 2012.
- ^ Saat ini, Jepang memiliki sepuluh perusahaan ketenagalistrikan regional, termasuk Okinawa Electric Power, tetapi Okinawa diduduki oleh Amerika Serikat hingga tahun 1972.
- ^ Martin, Alex, "When it comes to mighty TEPCO, pride goes before the fall", Japan Times, 17 May 2011, p. 3.
- ^ "Introducing a holding company system balancing both responsibility and services". Diakses tanggal 2017-06-29.
- ^ Okada, Yuji (25 April 2011). "Tepco to Cut Worker, Board Pay as Much as 50% to Pare Costs". Bloomberg.
- ^ Inajima, Tsuyoshi; Okada, Yuji (26 April 2011). "Tepco Workers Agree to Up to 25% Pay Cut After Fukushima Nuclear Accident". Bloomberg.
- ^ The Daily Yomiuri TEPCO rate hike reduced to 8.47% July 20 2012 Retrieved on July 22, 2012
- ^ The Mainichi Shimbun (03 July 2013) TEPCO seeks screening to restart nuclear reactors with eye on grim financial status Diarsipkan 2013-07-04 di Archive.is
- ^ "TEPCO to conduct rolling blackout amid power shortage". Reuters. 13 March 2011.
- ^ "Fukushima Nuclear Accident Update Log". 2 June 2011.
- ^ "Rolling blackouts continue". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-06-28.
Pranala luar
Media tentang Tokyo Electric Power Company di Wikimedia Commons