Paus Gelasius II
Paus Gelasius II | |
---|---|
![]() | |
Awal masa kepausan | 24 Januari 1118 |
Akhir masa kepausan | 29 Januari 1119 |
Pendahulu | Paskalis II |
Penerus | Kalistus II |
Informasi pribadi | |
Nama lahir | Giovanni Coniulo |
Lahir | tidak diketahui |
Meninggal | 29 Januari 1119 Cluny, Prancis |
Paus lainnya yang bernama Gelasius |
Paus Gelasius II (lahir sebagai Giovanni Coniulo, atau dikenal juga dengan nama Giovanni Caetani atau Giovanni da Gaeta) adalah Paus Gereja Katolik Roma yang memimpin dari tanggal 24 Januari 1118 hingga wafatnya pada 29 Januari 1119. Ia lahir di Gaeta, Italia, antara tahun 1060 dan 1064. Masa kepausannya yang singkat namun penuh gejolak terjadi dalam konteks perjuangan besar antara Gereja dan Kekaisaran Romawi Suci, khususnya konflik dengan Kaisar Heinrich V.
Kehidupan Awal
Tidak banyak informasi yang diketahui tentang masa muda Giovanni Coniulo, selain bahwa ia berasal dari keluarga terpandang di wilayah Gaeta, sebuah daerah di Italia tengah. Ia masuk ke dunia gereja pada usia muda dan menunjukkan bakat luar biasa dalam bidang teologi dan administrasi gerejawi. Sebelum menjadi paus, ia telah menduduki posisi penting dalam struktur Gereja Katolik.
Nama "Coniulo" yang melekat padanya sering disebutkan dalam berbagai sumber sejarah, meskipun ada juga yang menyebutnya sebagai "Caetani", kemungkinan karena hubungannya dengan keluarga bangsawan tersebut. Namun, tidak ada bukti kuat bahwa ia memiliki hubungan langsung dengan keluarga Caetani yang terkenal.
Masa Kepausan
Giovanni Coniulo terpilih sebagai paus pada 24 Januari 1118 setelah pendahulunya, Paus Paskalis II, meninggal dunia. Pemilihan ini dilakukan oleh para kardinal di bawah ancaman politik yang sangat besar, terutama dari Kaisar Heinrich V, yang saat itu sedang berselisih dengan Gereja Katolik mengenai hak investitura—yaitu hak untuk menunjuk pejabat gereja seperti uskup dan abbas.
Konflik dengan Kaisar Heinrich V
Salah satu tantangan terbesar selama masa kepemimpinan Gelasius II adalah konflik dengan Kaisar Heinrich V. Heinrich V, yang merupakan penerus garis keras dari ayahnya Heinrich IV, menentang keras otoritas Gereja dalam urusan penunjukan pejabat gereja. Konflik ini mencapai puncaknya ketika Heinrich V menyerbu Roma hanya beberapa bulan setelah Gelasius II terpilih sebagai paus.
Pada Februari 1118, Heinrich V berhasil menangkap Gelasius II di Roma. Meskipun demikian, Gelasius II berhasil melarikan diri dari penahanan dan mencari perlindungan di wilayah Gaeta, tempat kelahirannya. Dalam pelariannya, ia tetap menjalankan tugas-tugas kepausannya, termasuk mengeluarkan ekskomunikasi terhadap Heinrich V sebagai bentuk protes terhadap tindakan sewenang-wenang sang kaisar.
Pengasingan di Cluny
Setelah melarikan diri dari Heinrich V, Gelasius II akhirnya menemukan perlindungan di Biara Cluny, Prancis. Di sana, ia tinggal hingga akhir hayatnya. Meskipun masa kepemimpinannya sangat singkat, Gelasius II tetap berusaha mempertahankan integritas Gereja Katolik di tengah tekanan politik yang luar biasa.
Wafat dan Warisan
Paus Gelasius II meninggal dunia pada 29 Januari 1119 di Biara Cluny, Prancis, tepat setahun setelah ia terpilih sebagai paus. Ia dimakamkan di biara yang sama, yang menjadi salah satu pusat spiritualitas Kristen paling penting pada masanya. Meskipun masa kepemimpinannya singkat, Gelasius II diingat sebagai figur yang teguh dalam mempertahankan prinsip-prinsip Gereja di tengah badai politik.
Warisan utama Gelasius II adalah sikapnya yang tegas terhadap campur tangan kekuasaan sekuler dalam urusan gereja. Sikap ini menjadi fondasi bagi perjuangan Gereja Katolik dalam mempertahankan independensinya selama berabad-abad setelahnya.
Referensi
- Barraclough, Geoffrey (1964). The Medieval Papacy. Thames and Hudson. ISBN 978-0-500-33011-1.
- Duffy, Eamon (1997). Saints and Sinners. A History of the Popes
. Yale University Press. ISBN 978-0-300-07332-4.
- Rudolf Hüls (1977). Kardinäle, Klerus und Kirchen Roms: 1049–1130. Bibliothek des Deutschen Historischen Instituts in Rom. ISBN 978-3-484-80071-7.